Minggu, 13 Desember 2009

PENYEDIA MESIN PERCETAKAN

Menyediakan mesin-mesin percetakan khusus yang di produksi dari negeri China. Adapun mesin yang dipasarkan adalah hasil produksi pabrik yang berstandart Internasional, dipastikan setiap produk yang dipasarkan telah lolos Quality Control.

Mesin-mesin yang di pasarkan:

Mesin Offset dari berbagai Ukuran,
Mesin Jilid dari berbagai bentuk, ukuran dan kemampuan.
Mesin lipat, dari yg kecil sampai ukuran 1 plano.
Mesin potong digital, ukuran 92, 115 sampai 130cm.
Mesin plong, pon serta mesin UV
dll yang belum kami sebut kan.

Silahkan Anda hubungi :

Call/sms di:0817 4886786 Bilmar Sitanggang
or email:tikinaro.indonesia@yahoo.com

Sabtu, 27 Juni 2009

Mesin Cetak



Mesin cetak digunakan untuk membuat banyak salinan halaman yang identik. Kini digunakan untuk mencetak buku dan surat kabar. Kini segalanya dilakukan secara otomatis. Saat mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg, ia harus meletakkan huruf bersama-sama. Tiap huruf ada di balok logam dalam sebuah bingkai. Lalu ia bisa memindahkan kertas dan tinta di atasnya, mirip seperti perangko. Huruf itu akan meninggalkan beberapa tinta di kertas itu.

Sejarah

Bentuk pencetakan yang sangat sederhana dapat ditemukan di Cina dan Korea sekitar tahun 175 AD. Tampilan yang terbalik di atas kayu, dan kemudian perunggu telah dibuat di tahun ini. Alat ini kemudian dibubuhi tinta kemudian ditempatkan di atas secarik kertas dan digosok dengan lembut menggunakan sebuah tongkat bambu.

Terobosan besar datang sekitar tahun 1440 oleh Johannes Gutenberg dari kota Mainz, Jerman. Gutenberg menciptakan sebuah metode pengecoran potongan-potongan huruf di atas campuran logam yang terbuat dari timah. Potongan-potongan ini dapat ditekankan ke atas halaman berteks untuk percetakan. Metode penemuan pencetakan oleh Gutenberg secara keseluruhan bergantung kepada beberapa elemennya diatas penggabungan beberapa teknologi dari Asia Timur seperti kertas, pencetakan dari balok kayu dan mungkin pencetakan yang dapat dipindahkan, ciptaan Bi Shen, ditambah dengan permintaan yang meningkat dari masyarakat Eropa untuk pengurangan harga buku-buku yang terbuat dari kertas. Metode pengetikan ini bertahan selama sekitar 500 tahun.

Pada tahun 1424, perpustakaan Universitas Cambridge hanya memiliki 122 buku masing-masing mempunyai nilai setara dengan sebuah pertanian atau kebun anggur. Permintaan untuk buku-buku ini didorong dengan naiknya tingkat melek huruf di antara orang-orang kelas menengah dan mahasiswa di Eropa Barat. Pada saat itu, Renaissance masih dalam awal perkembangannya dan masyarakat lambat laun menghilangkan kemonopolian pendeta atas tingkat melek huruf.

Pada saat pencetakan dari balok kayu tiba di Eropa kira-kira pada saat yang bersamaan dengan tibanya kertas, metode ini tidak secocok metode yang digunakan di Timur untuk komunikasi sastra. Pencetakan blok lebih serasi untuk penulisan Cina karena posisi hurufnya tidak kritis, tetapi keberadaan lebih dari 5.000 huruf dasar membuat teknologi orang peran dasar membuat teknologi cetakan Cina yang dapat berpindah-pindah menjadi tidak efisien dan secara ekonomi tidak praktis, dalam istilah keuntungan untuk penerbit buku Cina Kuno. Hal ini berbeda dengan abjad bahasa Latin, kebutuhan akan penjajaran barisan yang tepat dan sebuah karakter yang sederhana menempatkan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan sebagai kemajuan luar biasa untuk masyarakat Barat.

Penggunaan mesin cetak merupakan sebuah kunci perbedaan teknologi yang memberikan penemu Eropa keuntungan atas rekanan mereka yang berasal dari Cina, yaitu mesin cetak yang berbasis sekrup yang digunakan dalam produksi anggur dan minyak zaitun. Hal ini merupakan kecanggihan mesin kira-kira di tahun 1000, alat yang digunakan untuk mengaplikasikan tekanan di atas bidang yang datar merupakan alat yang biasa digunakan di Eropa.

Dampak Sejarah

Pencetakan seperti yang berkembang di Asia Timur tidak memakai mesin cetak seperti di kasus Gutenberg. Walaupun penemuan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan di Cina dan Korea mendahului mesin cetak Gutenberg, dampak mesin cetak dan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan di Asia Timur tidak mempunyai pengaruh besar seperti pada masyarakat Eropa Barat. Hal ini mungkin karena jumlah pekerja yang terlibat dalam memanipulasikan ribuan tablet porselen sangat besar, atau di Korea, tablet logam, yang diperlukan dalam penggunaan penulisan huruf Cina. Namun, ratusan ribu buku, atas subyek yang berkisar antara Confucian Classics hingga ilmu pengetahuan dan ilmu pasti, dicetak menggunakan teknologi yang lebih tua dari percetakan dari balok kayu, membuat kebudayaan percetakan dunia pertama.

Dampak dari mesin cetak Gutenberg di Eropa hampir sama dengan perkembangan tulisan, penemuan abjad atau Internet, hingga ke efeknya di masyarakat. Seperti tulisan tidak menggantikan berbicara, percetakan tidak pernah mencapai posisi kekuasaan yang total. Naskah yang ditulis tangan terus dihasilkan, dan berbagai macam model grafik komunikasi terus menerus mempengaruhi satu sama lain.

Mesin cetak juga merupakan faktor pendiri dari himpunan ilmuwan yang dengan mudah menceritakan penemuan mereka lewat pendirian jurnal ilmiah yang disebarkan secara luas. Hal ini membantu mereka membawa masuk revolusi ilmiah. Kepengarangan menjadi lebih berarti dan menguntungkan karena adanya mesin cetak. Tiba-tiba hal ini menjadi penting siapa yang mengatakan atau menulis apa, dan apa yang merupakan perumusan dan masa susunan yang tepat. Hal Ini memperbolehkan pengarang untuk menyebutkan persis referensi, yang menghasilkan peraturan, "Satu orang Pengarang, satu kerja (hak), satu potong informasi" (Giesecke, 1989; 325). Sebelumnya, pengarang bukan sesuatu yang penting, sejak salinan Aristotle yang dibuat di Paris tidak akan identik dengan yang asli di Bologna. Untuk banyak karya sebelum mesin cetak, nama pengarang secara menyeluruh hilang.

Karena proses mencetak menjamin bahwa informasi yang sama jatuh pada halaman yang sama, halaman yang diberi nomor, daftar isi, dan indeks menjadi biasa, meskipun mereka dulunya belum dikenal. Proses membaca juga diubah, lambat laun berubah dalam beberapa abad dari pengukuran lisan sampai membaca pribadi. Ketersediaan bahan cetak yang luas juga menyebabkan kenaikan drastis di tingkat melek huruf dewasa di seluruh Eropa.

Dalam lima puluh atau enam puluh tahun penemuan mesin cetak, seluruh peraturan klasik sudah dicetak ulang dan disebarluaskan di seluruh Eropa (Eisenstein, 1969; 52). Sejak lebih banyak orang mempunyai akses terhadap pengetahuan baik baru maupun lama, lebih banyak orang dapat membicarakan karya ini. Selanjutnya, sejak produksi buku adalah perusahaan yang lebih komersial, undang-undang hak cipta pertama disahkan untuk melindungi apa yang sekarang disebut hak-hak kepemilikan intelektual. Sedetik perkembangan popularisasi pengetahuan ini adalah kemunduran bahasa Latin sebagai bahasa kebanyakan karya yang diterbitkan, untuk digantikan oleh bahasa sehari-hari di masing-masing bidang, menambah jenis karya yang diterbitkan. Secara paradoksal, kata yang di cetak juga membantu untuk mempersatukan dan menstandarisasi ejaan dan sintaksis logat asli, dan mempunyai efek yang mengurangi keanekaragaman mereka. Kenaikan dalam kepentingan bahasa nasional yang bertentangan dengan masyarakat Eropa Latin disebutkan sebagai salah satu sebab kenaikan nasionalisme di Eropa.

Mesin Cetak Gutenberg

Karya Johannes Gutenberg dalam mesin cetak di mulai sekitar 1436 ketika dia sedang bekerja sama dengan Andreas Dritzehan, seseorang yang pernah dibimbing oleh Gutenberg dalam pemotongan batu permata, dan Andreas Heilmann, pemilik pabrik kertas. Tetapi rekor resmi itu baru muncul pada tahun 1439 ketika ada gugatan hukum melawan Gutenberg; saksi-saksi yang ada membicarakan mengenai cetakan Gutenberg, inventaris logam (termasuk timah), dan cetakan ketikannya.

Masyarakat di Eropa pada saat itu juga sedang mengembangkan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan, termasuk pandai emas Procopius Waldfoghel dari Perancis dan Laurens Janszoon Coster dari Belanda. Tetapi, mereka tidak dikenal karena telah menyumbang kemajuan spesifik kepada mesin cetak.

Gutenberg adalah orang pertama yang membuat cetakan dari campuran timbal, timah, dan antimon yang kritis untuk menghasilkan cetakan tahan lama yang menghasilkan buku cetak bermutu tinggi dan terbukti menjadi lebih cocok untuk percetakan daripada cetakan tanah liat, kayu atau perunggu yang diciptakan di Asia Timur. Hal ini merupakan sebuah pengetahuan yang didapatnya pada saat Gutenberg bekerja untuk seorang pandai emas professional. Untuk membuat cetakan timbal ini, Gutenberg menggunakan sesuatu yang membuat penemuannya dipertimbangkan sebagai penemuan yang paling cerdik, matriks istimewa memungkinkan pembentukan cetakan baru yang cepat dan tepat dari kerangka yang seragam.

Gutenberg juga diakui karena memperkenalkan tinta berbasis minyak yang lebih tahan lama dibandingkan tinta berbasis air yang dulu dipergunakan. Sebagai bahan percetakan dia menggunakan naskah yang terbuat dari kulit binatang dan kertas, yang terakhir diperkenalkan di Eropa dari Cina dengan menggunakan cara orang Arab beberapa abad yang lalu.

Di dalam kitabnya, Gutenberg membuat percobaan terhadap percetakan berwarna untuk beberapa bagian awal halaman, tersedia hanya dalam beberapa salinan. Karya baru-barunya, The Mainz Psalter yang dikeluarkan pada tahun 1453, sepertinya di disain oleh Gutenberg tetapi diterbitkan di bawah terbitan penggantinya, Johann Fust dan Peter Schöffer, menggunakan huruf cetak awal berwarna merah dan biru yang rumit.

Majalah Life menganggap Mesin Cetak adalah penemuan yang paling luar biasa pada 1000 tahun terakhir. Penting untuk disadari bahwa abjad mungkin merupakan kunci keberhasilan mesin cetak.




Minggu, 24 Mei 2009

Bisnis Percetakan Untuk Pemula

sumber : fraimarketing

Pertanyaan

Bp. Freddy Yth, Usaha apakah yang tepat untuk para pemula yang memiliki modal minim? Kami memiliki sedikit pengetahuan di bidang percetakan namun untuk berkembang tentunya perlu modal yang tidak sedikit, selaiin itu perlu diketahui kami juga masih bekerja di sebuah lab kesehatan dengan penghasilan yang kami rasa kurang untuk mencukupi kehidupan sehari-hari kami,dan terkadang oder cetakan yang kami dapatkan sedikit membantu pengeluaran kami..mohon saran dan terima kasih atas perhatiannya Wisnu


Jawaban:


Pengetahuan dasar yang wajib dimiliki untuk bisnis percetakan yang berhasil adalah pengetahuan di bidang seni grafis, pengetahuan mengenai percetakan serta pengetahuan mengenai pemasaran. Menurut saya pengetahuan ini sudah Anda miliki, dan merupakan modal yang sangat berharga untuk memulai terjun di bisnis ini. Beberapa contoh bisnis di bidang percetakan yang dapat dikembangkan adalah:

1. Pembuatan ID Card, member card, kartu pelajar, kartu mahasiswa. Strategi pemasaran yang dilakukan adalah mencermati jadwal tahun ajaran baru. Pelajari jadwal seluruh sekolah, lembaga pendidikan, instansi pemerintah dalam rekruitmen karyawan. Keseluruhan siswa baru, karyawan baru, mahasiswa baru memerlukan kartu identitas yang merupakan suatu keharusan dan harus dimiliki oleh setiap siswa sekolah. Contohnya, harga satu buah ID card sekitar Rp 5000 sampai dengan Rp 6000 per kartu. Sedangkan modal untuk pembuatan satu kartu maksimal Rp 1000. Dengan demikian kita akan memperoleh keuntungan per kartu sekitar Rp 4000 sampai Rp 5000. Investasi untuk pembuatan ID Card Rp 2 juta (sudah termasuk bonus kartu sebanyak 500 kartu). Alat investasi lainnya yang perlu dipersiapkan adalah seperangkat computer dengan printer.

2. Pembuatan spanduk, sablon, kaos, banner, untuk caleg, serta pemilu. Kartu undangan, amplop, company profile, memo, label, kop surat, buku, dan sebagainya.

Strategi pemasaran bisnis percetakan dimulai dari:

1. Buat contoh – contoh diatas berbagai dasar kertas, kain, kaos dan sebagainya untuk alat promosi. Calon pelanggan akan tertarik dengan melihat contoh – contoh yang kita berikan dalam memberikan penawaran. Misalnya, contoh kop surat, kartu id card, amplop, sertifikat, plakat, piagam, buku, company profile, kartu undangan, memo, label, baligho, banner, spanduk, kalender, nota, kwintansi, faktur.

2. Buatlah berbagai desain dengan berbagai ukuran dan warna

3. Setelah kita memiliki berbagai koleksi contoh – contoh dan desain tersebut di atas, mulailah kita tentukan terlebih dahulu target market pengguna jasa kita. Misalnya instansi pemerintah, gedung – gedung pertemuan untuk resepsi pernikahan. Biasanya pasangan yang ingin menikah jauh – jauh hari sudah melakukan pemesanan. Anda dapat mencatat daftar dan alamatnya, lalu hubungi dan berikan contoh berbagai kartu undangan. Calon legislative, partai politik, menjelang pemilu di tahun 2009 pesanan berbagai cetakan untuk atribut partai dipastikan akan melonjak drastic.

4. Seandainya kita sudah memperoleh oder, buatlah desain grafis menggunakan software program seperti CorelDraw, Free Hand, Adobe Photoshop dan sebagainya. Pelajari cara menggunakan software ini, dengan mempelajari help menu atau tutorialnya.

5. Bagi pemula bisnis percetakan, kita tidak perlu membeli semua peralatan yang dibutuhkan seperti mesin cetak offset, rekam master, setting computer, mesin potong kertas, computer, printer dan sebagainya. Kita dapat menggunakan jasa setting, cetak, potong yang sudah ada.

6. Cara perhitungan harga jual

Contoh: Pesanan kartu undangan dengan ukuran folio (21 x 33 cm), area cetak 20 x 32 cm. Menggunakan karton Tik atau karton Concord, satu plano berukuran 109 x 79 cm (tebal 260 gram) harga per lembar Rp 4000. Satu lembar plano dapat menghasilkan 11 lembar ukuran folio.

Harga/unit

Jumlah unit

Total (Rp)

Beli master

10000

2 lbr

20000

Beli karton

4000

91 lbr

364000

Beli Plastik

6000

10 pak

60000

Ongkos Setting

10000

2 lbr

20000

Ongkos cetak

4500

2 x (BB)

9000

Total Biaya

473000


Perincian biaya:

a. Biaya untuk membuat kartu undangan sebanyak 1000 lembar adalah Rp. 473000

b. Biaya transportasi Rp. 100000

c. Total biaya Rp 473000 + Rp 100000 = Rp 573000

d. Biaya per lembar = Rp 573000/1000 = Rp 573 per lembar

Seandainya kita tentukan harga jual per lembar Rp 1000, berarti keuntungan yang akan diperoleh adalah sebesar Rp 1 juta – Rp 573000 = Rp 427000

Memulai bisnis percetakan dapat dilakukan dengan modal nol yaitu mulai dari mencari order cetakan di tempat pelanggan yang membutuhkan seperti, sekolah, kantor, gedung pertemuan, partai politik, teman, tetangga, saudara dan sebagainya. Sedikit demi sedikit pendapatan yang diperoleh ditabung untuk investasi. Insya Allah akan menjadi bisnis yang besar.

salam

Senin, 18 Mei 2009

Ukuran Kertas Type A

Ukuran kertas type A, adalah yang paling umum dan paling populer di pergunakan. Kebanyakan dari kita masih banyak yang belum mengetahui ukuran kertas yang dipergunakan.
A0 ; 84,1 cm x 118,8cm , biasa disebutkan ukuran plano.
A1 : 59,4 cm x 84,1 cm
A2 : 42 cm x 59,4 cm ,
A3 : 29,7 cm x 42 cm
A4 : 21 cm x 29,7 cm , biasa dipergunakan untuk kertas surat, kertas fotocopy.
A5 : 14,8 cm x 21 cm , biasa dipergunakan untuk buku tulis.
A6 : 10,5 cm x 12,4 cm , biasa dipergunakan untuk pocket notes
A7 : 6,2 cm x 10,5 cm , biasa dipergunakan untuk kertas memo
A8 : 5,2 cm x 6,2 cm , biasa dipergunakan untuk memo stick

Minggu, 17 Mei 2009

Daftar Harga Acuan Mesin Percetakan

http://www.kitmondo.com/images%5Clisting%5Csorm1972-1.jpg

Nama MesinKategoriPasaran Harga (Rp.)Kondisi
Mesin Cetak Toko 8101 warna 20 - 30 Juta bekas
Mesin Cetak Toko 8201 warna87 Juta baru


20 - 30 Juta bekas
Mesin Cetak Ryobi 5201 warna 150 Juta bekas
Mesin Cetak Heidelberg GTOZ522 warna 275 - 400 Juta bekas
Mesin Cetak Heidelberg SORM1 warna 350 - 400 Juta bekas
Mesin Cetak Heidelberg SORMZ 2 warna 450 - 900 Juta bekas
Mesin Cetak Sakurai Oliver 58 1 warna200 - 225 Juta bekas
Mesin Cetak Sakurai Oliver 721 warna 250 - 300 Juta bekas
Mesin Cetak Sakurai Oliver 2582 warna350 - 500 Juta bekas
Mesin Cetak Sakurai Oliver 721 warna 250 - 300 Juta bekas
Mesin Cetak Sakurai Oliver 2722 warna 400 - 800 Juta bekas
Mesin Cetak Komori Sprint261 warna 250 Juta bekas
Mesin Cetak Komori Sprint262 warna 300 - 500 Juta bekas
Hamada 800 DX, 52x36,5

60 Juta-an bekas
Hamada 700 DX, 47x36,5

45 Juta-an
bekas
Hamada 700 CD, 47x36,5

30 Juta-an
bekas
Solna 132, 82x55
200 Juta-anbekas
Solna 225, 64x44
2 warna
225 Juta-an
bekas
Solna 125, 64x44
1 warna
120 Juta-an
bekas
Mesin Cetak Fujica 47 ukuran dobel folio 200 Jutaan baru
Mesin Cetak Fujica 56 ukuran 1/4 plano 250 Jutaan baru
Mesin Cetak Fujica 62 ukuran 1/2 plano 300 Jutaan baru
Mesin Cetak Sprintech Ukuran 54×46,4 130 Juta baru

Daftar harga ini bersifat acuan, harga dilapangan sangat fluktuatif, selain itu bisa berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.



Sabtu, 16 Mei 2009

Adu Kecanggihan Teknologi Percetakan

DISKUSI: Sales and Support Buhrs Johnny Myklebust saat berdiskusi dengan Direktur Pontianak Post Untung Sukarti di Drupa Fairs 2004. Foto B Salman

Laporan Untung Sukarti, Dusseldorf

Dusseldorf,- Hari terakhir mengunjungi Drupa Fairs 2004 tak kami sia-siakan begitu saja. Karena itu, sejak dibuka pukul 10.00 hingga pukul 16.00, kami manfaatkan untuk melihat kecanggihan mesin cetak koran. Teknologi ini tentunya akan semakin canggih pada pameran serupa tahun 2008 mendatang.

HARI terakhir mengunjungi Drupa Exhebition kali ini punya kesempatan melihat kecanggihan mesin cetak koran masa depan. Saya pikir ribuan mesin yang digelar saat itu sudah tercanggih. Tapi otak manusia sebagai mesin business tidak pernah berhenti berfikir. Seolah tanpa batas.

Tidak semua orang punya kesempatan "mengintip" mesin cetak masa depan itu. Saya pun menuju ke anjungan dengan tergesa-gesa. Tidak sabar segera ingin melihat wujudnya. Setelah melakukan pemesanan tempat duduk, saya lantas disodori beberapa bahasa pengantar yang berlaku di situ. Tentu saja hanya bahasa Inggris yang paling mungkin bisa digunakan.

Setelah menunggu dua menit, tiket magnetic yang saya pesan sudah selesai diproses. Saya pikir begitu dapat "tiket" dan "tempat duduk " langsung bisa masuk ruang khusus kedap suara itu. "Anda kembali dua jam lagi untuk session bahasa Inggris," ujar seorang cewek bule dengan ramah.

Setelah gagal merayu agar jam bisa dimajukan, saya spontan merubah haluan strategi agar time schedule tetap terkontrol. Akhirnya saya menuju hall percetakan komersial.

Dalam hall itu juga sama ramainya dengan hall-hall lainnya, meskipun sudah hampir pada penghujung pameran. Ini membuktikan bahwa Drupa Fairs belum tertandingi oleh exhibition media lainnya di tingkat dunia. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai superstar olympiade of print media.

Saya terus membayangkan dan meraba-raba seperti apa wujud mesin continuous form yang dipamerkan di hall ini. Apanya yang berbeda dengan mesin continuous form yang dimiliki Percetakan Akcaya Pariwara (Pontianak Post Group) yang satu-satunya di Kalbar itu.

Akhirnya mendadak saya berhenti berkhayal membandingkan soal kecanggihan teknologi. Sejak melihat mesin mini offset saja sudah dilengkapi panel layar computer. Begitu mesin jalan, keluar sudah dalam bentuk packing dan siap dikirim ke pelanggan. Pekerjaan penghitungan dan labeling sudah diambil alih mini-mini robot yang ada pada system itu.

Memang akhirnya terbukti mesin continuous form menggunakan system komputerisasi dan setiap bagiannya sudah terintegrasi serba robotic. Sistemnya sama dengan mini offset tadi. Sistem ini baru akan cocok di Kalbar kira-kira 5-10 tahun lagi. Maksudnya, tuntutan teknologinya. Belum ada "makanan" besar yang membutuhkan kecanggihan sekelas itu.

Setelah melihat perkembangan mesin continuous form, kami melanjutkan perjalanan menuju Stand Buhrs. Di stand ini kami mendapatkan pelayanan khusus. Mereka menyajikan teknologi mailing & fulfillment solution asal Norwegia.

Setelah melihat perkembangan teknologi digital pre press, dari generasi image setter to film ke generasi image setter to plate. Saya mengalokasikan waktu yang cukup mengunjungi teknologi terbaru dunia persurat kabaran ini. Pontianak Post kelak harus beralih ke teknologi ini dalam 3 sampai 4 tahun mendatang. Setidaknya menjelang Drupa 2008. Sekarang bukan saja harga mesinnya sendiri sudah menunjuk langit, belum lagi bahan bakunya masih terbatas karena masih "khusus". Saya pikir, kelak image setter to plate ini acceptable dengan plate biasa yang banyak dipergunakan sekarang ini.

Wajah-wajah karyawan di bagian cetak jarak jauh (CJJ), mounting, downloading berita dan expose plate di Pontianak Post membayangi saya. Dengan beralih ke teknologi image setter to plate, praktis harus mencarikan "mainan" baru 7 karyawan itu sekaligus. Karena pekerjaan mereka digantikan oleh teknologi robot mini. Wajah dunia usaha masa depan semakin mengerucut pada optimalisasi efisiensi agar kompetitif. Produktivitas dapat ditingkatkan. Ini salah satu kunci memenan

sumber: potianakpost

Kamis, 14 Mei 2009

Daftar Warna

Berikut adalah daftar warna :

Nama Contoh RGB CMYK
Abu-abu
128 128 128 0, 0, 0, 128
Biru
0 0 255 255, 255, 0, 0
Biru laut
0 0 128 255, 255, 0, 127
Coklat
150 75 0 0, 74, 150, 105
Emas
255 215 0 0, 40, 255, 0
Hijau
0 255 0 255, 0, 255, 0
Hitam
0 0 0 0, 0, 0, 255
Kuning
255 255 0 0, 0, 255, 0
Merah
255 0 0 0, 255, 255, 0
Merah marun
128 0 0 0, 255, 255, 127
Merah jambu
255 192 203 0, 63, 52, 0
Oranye
255 165 0 0, 89, 255, 0
Perak
192 192 192 0, 0, 0, 63
Putih
255 255 255 0, 0, 0, 0
Ungu
102 0 153 50, 153, 0, 102
Violet
139 0 255 116, 255, 0, 0
Zaitun
128 128 0 0, 0, 100, 50

RGB adalah singkatan dari Red-Green-Blue, tiga warna dasar yang dijadikan patokan warna secara universal (primary colors). Dengan basis RGB, kita bisa mengubah warna ke dalam kode-kode angka sehingga warna tersebut akan tampil universal. CMYK merupakan standar industri cetak saat ini. Singkatan dari Cyan ? Magenta - Yellow, dan K mewakili warna hitam. CMYK merupakan standar warna berbasis pigment-based, menyesuaikan diri dengan standar industri printing. Sampai saat ini, dunia cetak-mencetak memakai 4 warna dasar dalam membuat warna apa pun.

Warna CMYK adalah warna yang berdasar pada pigmen warna (zat warna) yang umumnya dipakai dalam teknologi pencetakan. Berbeda dengan RGB yang mengabaikan warna hitam, maka dalam CMYK mengabaikan warna putih (karena dianggap warna putih adalah warna bidang cetakan/kertas). Jika anda memeriksa tinta pada printer warna, maka anda akan menjumpai 4 warna tinta yaitu Cyan (biru kehijauan), Magenta (seperti pink tapi lebih tua), Yellow (Kuning) dan Black (Hitam).

Pada dasarnya printer dan monitor adalah dua perangkat yang berbeda, bahkan basis manajemen warnanya pun berbeda, monitor menggunakan mode RGB (seperti juga mata manusia-red) Sedangkan printer menggunakan CMYK. Yang satu menggunakan proses rasterisasi yang tingkat gradasinya lebih pendek yang satu menggunakan tingkat refleksi yang gradasinya lebih panjang. Coba lihat di Photoshop atau Corel dimana palet warna RGB menggunakan 255 tingkat gradasi sedang CMYK hanya 100 tingkat gradasi, pendek kata ada detail warna yang tidak bisa disimulasikan oleh printer (perangkat berbasis CMYK). Salah satu cara untuk mengatasi perbedaan dalam konversi warna dari RGB ke CMYK adalah ‘kalibrasi’. Proses kalibrasi warna adalah proses pencocokan warna agar semua perangkat pemroses citra (image) menggunakan satu patokan yang serupa. Untuk itu di aturlah agar warna pada monitor sebagai perangkat yang jangkauan warnanya paling tinggi hanya menampilkan warna yang bisa di hasilkan oleh printer. Jadi nanti sewaktu kita akan mencetak hasilnya akan ‘mirip’ seperti yang kita liat di monitor.

Rabu, 13 Mei 2009

Melirik Pameran Mesin-Mesin Percetakan Mutakhir di Jerman

Bos Jawa Pos Group Dahlan Iskan menerbangkan 50 anggota pasukannya termasuk dari Kaltim Post Group ke Eropa, pekan lalu. Tujuan utamanya melihat Drupa Fair, even besar dunia di Jerman yang ke-13. Ini pameran khusus mesin-mesin percetakan mutakhir terutama untuk media cetak mulai koran, majalah sampai jenis produk percetakan lainnya.

http://www.topnews.in/files/german-flag301.jpgDRUPA FAIR diselenggarakan sekali dalam empat tahun di kota Dusseldorf dengan penyelenggara tetap Messe Dusseldorf GmbH, yang berkedudukan di kota tersebut. Ini pameran percetakan terbesar di dunia. Karena itu, masyarakat percetakan di berbagai dunia merasa rugi kalau tidak datang ke sana. Ini semacam olimpiade percetakan, kata Daniel, guide kami.

Setiap hari ada puluhan ribu orang tumpah ke Drupa Fair, yang diselenggarakan hanya selama dua pekan, mulai 6 s/d 19 Mei 2004. Saat kami tiba di sana tercatat jumlah pengunjung mencapai lebih dari 394.000 orang yang 54% di antaranya berasal dari luar Jerman (122 negara).

Pameran ini diliput lebih dari 3.350 wartawan media cetak dan media elektronik dari 82 negara. Dari brosur yang kami terima, pameran dagang mesin percetakan dan media itu diikuti 1.862 peserta dari berbagai perusahaan mesin cetak dan media di seluruh dunia.

Saking membeludaknya pengunjung pameran, rombongan kami tak dapat penginapan di Dusseldorf atau Kohln. Jawa Holiday, perusahaan travel milik Jawa Pos yang menangani perjalanan kami, akhirnya menidurkan kami di kota Eindhoven, Belanda. Dari Eindhoven ke lokasi pameran, ditempuh sekitar 3 jam dengan menggunakan bus. Saya sendiri bersama Dirut Kaltim Post Group Zainal Muttaqin sudah dua kali datang ke sana. Yang pertama, tahun 1996 lalu. Kali ini, yang ke-13, rombongan Kaltim Post diperkuat manajer pemasaran Tatang Setiawan, Direktur Samarinda Pos Ludia Sampe, Pemred Post Metro Balikpapan Munir Asnawi, dan awak percetakan Kaltim Post Supardi. Selain itu ada tiga peserta lain, yaitu bos Bukit Damai Indah Johny Santoso, pengusaha H Achmad Aspia, dan pemilik Toko Stasioneri Serba Jaya Chandra Gunawan. Area Drupa Fair sangat luas. Kira-kira sekitar 51 hektare.

Di atas areal itu, dibangun 17 hall raksasa, yang menampung ribuan perusahaan peserta dengan mesin-mesinnya. Karena itu, tak mungkin kunjungan kami selesai hanya dalam waktu sehari. Dua hari saja belum semua dapat dilihat. Yang penting kita bisa melihat perkembangan terakhir mesin percetakan koran, kata bos Kaltim Post Zainal Muttaqin.

Raja mesin percetakan koran memang tetap dipegang Jerman dan Amerika. Perusahaan cetak GOSS Amerika sengaja mengambil space besar di Drupa untuk menampilkan dua mesin cetak terbarunya, GOSS Community dan GOSS Unilinear. Wah, luar biasa keunggulan mesin cetak milik GOSS, kata awak cetak Kaltim Post Supardi. Disebutkannya, GOSS Unilinear punya keunggulan luar biasa. Mampu mencetak koran antara 60 sampai 100 ribu eksemplar per jam. Juga bisa mencetak dua koran sekaligus dalam sekali jalan.

MAN ROLLAND Jerman juga tak mau kalah. Demikian juga FERAG, kBA Comet, dan WIFAG. Selain Jerman dan Amerika, beberapa negara Asia juga mulai berani membuat mesin cetak koran yang lebih murah. Misalnya China, yang mulai banyak memasuki pasar negara berkembang. Belakangan India juga sudah bisa bikin mesin cetak koran. Yang kami lihat di Drupa, India memamerkan mesin cetak ORIENEX X-cel. Mereka sangat bersemangat menjelaskan keandalan mesin cetaknya. Kami sudah punya perwakilan di Jakarta, kata petugas ORIENEX.

ISU DIGITAL Isu hangat di arena Drupa Fair kali ini ialah pemakaian sistem digital dalam percetakan koran (digital offset printing). Satu baliho besar saya lihat di Drupa bertuliskan, "Suatu hari kelak kita akan menggunakan secara penuh sistem cetak digital." Beragam pendapat masih terbagi tentang masa depan cetak digital. Oce, misalnya, lebih percaya pada toner base system alias lebih mengandalkan toner. Heidelberg Druckmanschinen AS lebih yakin dengan cetakan digital offset. Di sisi lain, kompetitor Heidelberg terus menggemakan akan kematian cetak digital ini dan terus memopulerkan cetakan berbasis inkjet. Frank Romano, salah seorang pakar percetakan terkemuka di Rochester Institute of Technology (RIT), New York, AS, yang hadir di pameran itu berpendapat, seluruh metode percetakan ada masanya masing-masing. Ada metode tradisional, ada yang canggih seperti digital di mana pelat cetak dibuat secara digital di dalam mesin. Kita juga terus mengembangkan cetak full digital yang umumnya menggunakan toner di samping inkjet. Kedua metode itu pun berbagi pasar dengan printer masing-masing. Bahkan sebagai tambahan, telah berkembang juga satu metode cetakan lagi, yaitu Elcorsy di Montreal, Kanada. Pendeknya, semua cara itu akan berkembang terus dan menemukan atau menciptakan pasarnya masing-masing (niche).

Ada contoh bagus soal niche ini, yaitu cetakan grafir tradisional untuk cetakan-cetakan besar seperti katalog, brosur, dan materi-materi iklan. Kemudian offset yang mendominasi sekarang, letterpress di tahun 1950-an, dan sekarang kita memasuki era digital. Era ini pun baru dalam 10 tahun terakhir sementara cetak warna melesat di beberapa tahun belakangan ini saja. Jadi sekali lagi saya tegaskan, setiap aplikasi, setiap proses memiliki masanya sendiri-sendiri dan penggunanya masing-masing, katanya. Menurut Frank, cetak digital memang lebih efisien, karena pelat cetak langsung diproses di mesin, ia menghemat waktu banyak sekali. Metode tradisional, dengan menimbang keunggulan dan kelemahan kedua sistem ini, dapat dikerjakan dengan biaya yang relatif lebih efisien. Dewasa ini kita mempunyai dua wilayah produksi di mana cetak digital lebih unggul dibanding cetak tradisional, tanpa peduli teknologi yang mana yang kita bahas.

Apakah Kaltim Post akan melangkah ke sistem digital? Kita lihat perkembangannya nanti, kata Zainal Muttaqin. Yang pasti, Kaltim Post saat ini menambah satu unit percetakan lagi, yang baru saja dibeli dari Kanada, yang mendapat lisensi dari GOSS Amerika.

sumber: sinarbuana

Minggu, 10 Mei 2009

Pengetahuan Tentang Kertas

Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah lempung yang dibakar.

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi serta yang berasal dari pulp, Pulp adalah hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat (kayu maupun non kayu) melalui berbagai proses pembuatannya ( mekanis, semikimia, kimia). Serat yang digunakan biasanya adalah alami, dan mengandung selulosa dan hemiselulosa.

Pendahuluan

Sumber sejarah menyebutkan bahwa kertas pertama kali ditemukan di China pada sekitar 100 AD. Beberapa abad kemudian formula untuk manufaktur kertas tersebar ke Eropah melalui jalur perdagangan dan pelayaran.

Pohon papyrus dan kertas papyrus
(Sumber : www.lib.umich.edu dan www.bangda.com.cn )





Kertas yang dalam bahasa Inggris disebut “paper” diperkirakan berasal dari kata “papyrus” yakni bahan alami (sejenis tumbuhan) yang berasal dari Mesir yang digunakan secara luas pada masa peradaban Greco Roman. Pada mulanya kertas digunakan orang untuk menulis dan mencetak

Sejalan dengan disempurnakannya proses industri kertas yang berkembang berabad-abad, penggunaan kertas terus berkembang pesat dikarenakan potensinya yang istimewa. Kertas dapat dibuat dari beragam serat, seperti serbuk gergaji, serutan kayu, daun kering, bubuk kayu, kulit jagung, dan sebagainya. Saat ini kertas digunakan untuk tujuan dan fungsi yang tak terbatas,

Berkreasi dangan kertas menarik dan mengasyikan untuk dieksperimentasikan, misalnya berkreasi dengan kertas berukuran terkecil hingga mencipta mural kertas berukuran besar, baik yang berupa karya 2 (dua) dimensi maupun 3 (tiga) dimensi.

Di situs ini Anda akan diberikan tips-tips praktis berkreasi dengan kertas limbah/ bekas yang ada di lingkungan sekitar. Projek yang akan Anda kerjakan bisa sederhana atau rumit tergantung keterampilan dan imajinasi Anda. Kualitas dan tipe kertas yang digunakan mempengaruhi aktivitas dan keberhasilan yang akan dicapai. Berkreasi dengan kertas limbah/bekas sangat atraktif dan inspiratif. Anda dapat mengolah sisi permukaan bidang kertas atau merubah tampilan fisik dari kertas melalui berbagai eksplorasi bahan dan teknik.

Jenis Kertas

Jenis kertas yang tersedia di pasaran dapat dibedakan menurut fungsi, tekstur, ukuran, ketebalan, dan warnanya. Berdasarkan fungsinya kertas dapat digunakan untuk fungsi yang sangat beragam, baik sebagai bahan dasar pembuatan produk fungsional, seperti : kertas kado, buku tulis, tas kertas, pembungkus, majalah, poster, brosur dan sebagainya atau sebagai bahan dasar pembuatan produk kriya, seperti kotak kado, bingkai foto, kertas daur ulang, kartu ucapan, topeng kertas dan lain-lain. Kertas juga dimanfaatkan sebagai medium artistik untuk membuat patung dan karya seni lainnya.




Produk dari Kertas Limbah
Gambar 2. Beragam jenis produk berbahan kertas, seperti kertas kado, tas kertas, kotak hias, dll.

Secara visual jenis kertas dapat dibedakan menurut sifat permukaan atau teksturnya, yaitu: kertas yang permukaannya halus (kertas gambar, kertas marmer, karton manila, kertas HVS, kertas tissue dan lain-lain), kertas yang permukaannya kasar (kertas roti, kertas daur ulang, kertas merang, kertas krep, dan lain-lain), kertas yang permukaannya licin (kertas film, art paper, kertas minyak, dan lain-lain), kertas yang bergelombang (corrugated paper) dan sebagainya.


Kertas buatan pabrik


Gambar 3 . Beragam jenis kertas dengan corak, tekstur, dan warna yang variatif

Selain itu ukuran kertas juga variatif, seperti kertas dengan ukuran A-0, A-1, A-2, A-3, A-4; ketebalan kertaspun bervariasi, misalnya: kertas HVS dengan berat 60 gram, 70 gram, 80 gram; kertas karton dengan ketebalan 2 milimeter, 3 milimeter, 4 milimeter dan 5 milimeter.

Di samping itu warna-warna kertas yang tersedia di toko juga sangat beragam, ada kertas yang menggunakan pewarna alam yang bernuansa natural, dan ada pula yang menggunakan pewarna sintetik (kimia) yang kaya warna dengan nuansa yang variatif.







Gambar 4 . Kertas daur ulang
dengan nuansa warna natural



g

Beragam bentuk dasar kertas dapat dipilih sesuai kebutuhan, antara lain: persegi panjang, bujur sangkar, lingkaran, kerucut, silinder, garis-garis panjang, bentuk tak beraturan, Dalam berkreasi Anda dapat bebas memanfaatkan kertas-kertas bekas yang ada atau mengkombinasikannya dengan jenis kertas lain atau menambahkan elemen dekorasi seperti renda, payet, kancing, pita, daun kering, benang emas, dan lain sebagainya.

Sifat Kertas

Potensi kertas sungguh tak terbatas dan pada hakekatnya sifat kertas sungguh unik karena dapat diubah tampilan fisiknya dengan beragam teknik sesuai jenis kertasnya. Kertas dapat diubah tampilannya dengan berbagai cara : diremas, dilinting, dipotong (lurus/ panjang), dilem, interlock/berkaitan, saling menutup, dibuat bubur kertas/ paper mache, digulung, digores/ditoreh, dilubangi, dilipat, dipotong/disobek-sobek, dijalin, dijahit dan sebagainya.



Gambar 6. Beragam sifat kertas yang unik dan istimewa menjadikan kertas memiliki peranan besar dalam kehidupan manusia. Sebagai contoh, kertas dapat menyerap air, kertas dapat dianyam, kertas dapat dikerat dan dilubangi, dan sebagainya.

Anda akan menikmati kegiatan mengolah kertas dengan cara-cara tak lazim. Hal ini menarik untuk dieksperimentasikan, mulai dari berkreasi dengan kertas berukuran terkecil hingga mural kertas berukuran sangat besar, baik dengan bentuk 2D (lembaran) kertas maupun bentuk 3D. Proyek yang digarap bisa sederhana atau rumit, bergantung imajinasi dan keterampilan kreatur. Kualitas dan tipe kertas yang digunakan mempengaruhi aktivitas dan keberhasilan yang dicapai.

Beragam jenis kertas dapat digunakan untuk fungsi yang berbeda baik sebagai bahan dasar pembuatan produk fungsional seperti; bungkus kado, buku tulis, tas kertas, poster, atau sebagai bahan-bahan dasar pembuatan produk kriya, bahkan media artistik dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan karya seni atau material patung. Berkreasi dengan kertas sungguh merupakan pengalaman yang menarik.

sumber: wikipedia dan edukasi





Ukuran Kertas

Ukuran kertas secara Internasional terdapat seri A, B, dan C. Ukuran R dan F muncul sesuai permintaan pasar. Berikut ukuran-ukuran dari setiap seri dalam Milimeter.

Seri A

Seri A biasa digunakan untuk cetakan umum dan perkantoran serta penerbitan. Dasar ukuran adalah A0 yang luasnya setara dengan satu meter persegi. Setiap angka setelah huruf A menyatakan setengah ukuran dari angka sebelumnya.Jadi A1 adalah setengah dari A0 dan demikian seterusnya. ukuran yang paling banyak digunakan adalah A4.

A0 841x1189
A1 594x841
A2 420x594
A3 297x420
A4 210x297
A5 148x210
A6 105x148
A7 74x105
A8 52x74
A9 37x52
A10 26x37

Seri B

Seri B besarnya kira-kira di tengah antara 2 ukuran seri A, biasa digunakan untuk poster dan lukisan dinding

B0 1000X1414
B1 707X1000
B2 500X707
B3 353X500
B4 250X353
B5 176X250
B6 125X176
B7 88X125
B8 62X88
B9 44X62
B10 31X44

Seri C

Seri C biasa digunakan untuk map, kartu post dan amplop

C0 917X1297
C1 648X917
C2 458X648
C3 324X458
C4 229X324
C5 162X229
C6 114X162
C7 81X114
C8 57X81

Seri R

Seri R biasa digunakan untuk kertas jenis Foto untuk mencetak foto

2R 60 x 90
3R 89 x 127
4R 102 x 152
5R 127 x 178
6R 152 x 203
8R 203 x 254
8R Plus 203 x 305
10R 254 x 305
10R Plus 254 x 381
11R 279 x 356
11R Plus 279 x 432
12R 305 x 381
12R Plus 305 x 465

Seri F

Seri F biasa digunakan untuk perkantoran dan fotocopy, biasa disebut kertas Folio

  • F4 = 215x330

Seri kertas lain

Ada beberapa ukuran lain yang terkadang memakai nama Inggris, diantaranya Letter, Legal, Kwarto (sedikit lebih kecil dari A4), A4+, A3+

Penemu Kertas

Penemu bahan kertas Ts'ai Lun besar kemungkinan sebuah nama yang asing kedengaran di kuping pembaca. Menimbang betapa penting penemuannya, amatlah mengherankan orang-orang Barat meremehkannya begitu saja. Tidak sedikit ensiklopedia besar tak mencantumkan namanya barang sepatah pun. Ini sungguh
keterlaluan. Ditilik dari sudut arti penting kegunaan kertas amat langkanya Ts'ai Lun disebut-sebut bisa menimbulkan sangkaan jangan-jangan Ts'ai Lun sebuah figur tak menentu dan tidak bisa dipercaya ada atau tidaknya. Tetapi, penyelidikan seksama membuktikan dengan mutlak jelas bahwa Ts'ai Lun itu
benar-benar ada dan bukan sejenis jin dalam dongeng.

Dia seorang pegawai negeri pada pengadilan kerajaan yang di tahun 105 M mempersembahkan contoh kertas kepada Kaisar Ho Ti. Catatan Tiongkok tentang penemuan Ts'ai Lun ini (terdapat dalam penulisan sejarah resmi dinasti Han) sepenuhnya terus terang dan dapat dipercaya, tanpa sedikit pun ada bau-bau magi atau dongeng. Orang-orang Tionghoa senantiasa menghubungkan nama Ts'ai Lun dengan penemu kertas dan namanya tersohor di seluruh Tiongkok.

Tak banyak yang dapat diketahui perihal kehidupan Ts'ai Lun, kecuali ada menyebut dia itu orang kebirian. Tercatat pula kaisar teramat girang dengan penemuan Ts'ai Lun, dan ia membuatnya naik pangkat, dapat gelar kebangsawanan dan dengan sendirinya jadi cukong. Tetapi, belakangan dia terlibat dalam komplotan anti istana yang menyeret ke kejatuhannya.
Catatan-catatan Tiongkok menyebut --sesudah dia disepak-- Ts'ai Lun mandi bersih-bersih, mengenakan gaunnya yang terindah, lantas meneguk racun.

Penggunaan kertas meluas di seluruh Tiongkok pada abad ke-2, dan dalam beberapa
abad saja Tiongkok sudah sanggup mengekspor kertas ke negara-negara Asia. Lama sekali Tiongkok merahasiakan cara pembikinan kertas ini. Di tahun 751, apa lacur, beberapa tenaga ahli pembikin kertas tertawan oleh orang-orang Arab sehingga dalam tempo singkat kertas sudah diprodusir di Bagdad dan
Sarmarkand. Teknik pembikinan kertas menyebar ke seluruh dunia Arab dan baru di abad ke-12 orang-orang Eropa belajar teknik ini. Sesudah itulah pemakaian
kertas mulai berkembang luas dan sesudah Gutenberg menemukan mesin cetak modern, kertas menggantikan kedudukan kulit kambing sebagai sarana tulis-menulis di Barat.

Kini penggunaan kertas begitu umumnya sehingga tak seorang pun sanggup membayangkan bagaimana bentuk dunia tanpa kertas. Di Tiongkok sebelum penemuan Ts'ai Lun umumnya buku dibuat dari bambu. Keruan saja buku macam itu terlampau berat dan kikuk. Memang ada juga buku yang dibuat dari sutera tetapi harganya amat mahal buat umum. Sedangkan di Barat --sebelum ada kertas-- buku ditulis di atas kulit kambing atau lembu. Material ini sebagai
pengganti papyrus yang digemari oleh orang-orang Yunani, Romawi dan Mesir. Baik kulit maupun papyrus bukan saja termasuk barang langka tetapi juga harga sulit terjangkau.

Sekarang, entah buku entah barang tulisan lain dapat diprodusir secara murah dan sekaligus dalam jumlah besar-besaran. Ini semua berkat adanya kertas. Memang, arti penting kertas tidaklah begitu menonjol tanpa adanya mesin cetak, tetapi sebaliknya mesin cetak pun tak banyak makna tanpa adanya bahan kertas yang begitu banyak dan begitu murah.

Pertanyaan yang agak musykil sekarang: Siapa yang mesti urutan tingkatnya lebih atas antara Ts'ai Lun dan Gutenberg? Meskipun ruwet juga saya menentukan siapa diantara kedua orang ini berhubung sama-sama pentingnya, tetapi akhirnya saya ambil putusan tingkat Ts'ai Lun sedikit lebih tinggi dalam urutan ketimbang Gutenberg. Alasan-alasan saya begini: (1) Kertas
digunakan banyak sekali semata-mata untuk bahan tulisan. (2) Ts'ai Lun mendahului Gutenberg dan Gutenberg mungkin tak terpikirkan bikin mesin cetak kalau saja kertas tidak diketemukan. (3) Andaikata hanya salah satu dari mereka melakukan ciptaan, saya duga tanpa mesin ciptaan Gutenberg pun buku-buku masih bisa diprodusir lewat sistem cetak blok (yang sudah lama dikenal orang jauh sebelum Gutenberg) lewat kombinasi kertas daripada lewat
kombinasi dengan kulit domba.

Apakah pada tempatnya memasukkan baik Ts'ai Lun maupun Gutenberg dalam urutan orang-orang yang paling berpengaruh di dunia? Untuk menyelami arti
penting yang sempurna tentang penemuan kertas dan mesin cetak, sangatlah perlu memahami perkembangan kebudayaan Barat dan Tiongkok. Sebelum masuk abad ke-2 M kebudayaan Tiongkok masih dalam tarap lebih rendah ketimbang kebudayaan Barat. Tetapi pada tahun-tahun seribuan Masehi, kemajuan-kemajuan Tiongkok sudah melebihi Barat bahkan di abad ke-7 dan ke-8 kebudayaan Tiongkok dalam banyak segi merupakan kebudayaan termaju di dunia. Sesudah abad ke-15 M, Barat ngebut meninggalkan Tiongkok di belakang. Pelbagai penyelesaian kultural mengenai perubahan-perubahan ini telah banyak dikembangkan, tetapi pelajaran teori tampaknya mengabarkan satu segi penting yang justru menurut saya
sekedar suatu penjelasan yang tersederhana sifatnya.

Potongan bambu dicuci dan dicelup ke dalam hak air sebagai langkah permulaan persiapan pembikinan kertas.

Tentu saja benar, pertanian dan tulis-menulis berkembang lebih duIu Timur Tengah ketimbang Tiongkok. Tetapi hal ini bukanlah suatu jawaban apa sebab kebudayaan Tiongkok begitu lambat dan berada di belakang Barat. Satu masalah
muskil, menurut hemat saya, adalah sebelum adanya Ts'ai Lun tak ada satu tulisan bermutu pun di Tiongkok. Di dunia Barat papyrus sudah ada, dan meskipun bahan itu mengalami kemunduran, tulisan dalam bentuk gulungan tak terbatas
jumlahnya dan buku-buku lebih baik kualitasnya daripada ditulis di atas kayu atau bambu. Kekurangan bahan untuk menulis merupakan faktor penghambat utama kemajuan kebudayaan Tiongkok. Seorang sarjana Tiongkok memerlukan satu gerobak untuk membawa sejumlah buku yang dianggapnya bermanfaat. Bayangkan saja betapa berabenya berusaha mengatur administrasi pemerintahan dengan keadaan seperti itu.

Penemuan kertas oleh Ts'ai Lun merombak total keadaan itu. Dengan sejumlah bahan-bahan tulisan yang ada, kebudayaan Tiongkok melonjak naik begitu cepat sehingga hanya dalam beberapa abad sudah mampu mengimbangi Barat. Tentu, perpecahan politik di Barat menjadi sebab penting, tetapi ini sama sekali bukan sebab utama. Di abad ke-4 M Tiongkok pun secara politis terpecah-pecah, tetapi biar begitu kebudayaan tetap maju dengan cepatnya. Dalam abad-abad berikutnya, tatkala kemajuan di Barat tersendat-sendat, Tiongkok justru berhasil
meraih penemuan-penemuan penting seperti kompas, bahan peledak, dan cara mencetak dengan blok. Sejak kertas jatuh lebih murah ketimbang kulit kambing serta dapat diperoleh dalam jumlah besar, keadaan sekarang terbalik.

Sesudah orang-orang Barat mulai menggunakan kertas, mereka mampu duduk berhadapan dengan Tiongkok, bahkan berhasil menyempitkan jurang pemisah
kultural. Tulisan-tulisan Marco Polo menekankan keyakinannya bahwa bahkan di abad ke-13 M Tiongkok berada jauh di atas Eropa dalam hal kemakmuran.

Mengapa selanjutnya Tiongkok berada di belakang Eropa? Berbagai penjajagan kultural yang njlimet telah dicoba, tetapi mungkin pengamatan teknologi yang
sederhana dapat menemukan jawabannya. Di abad ke-15 di Eropa, seorang genius bernama Johann Gutenberg menemukan cara memproduksi buku sebanyak-banyaknya.

Akibat penemuan itu, kultur Eropa maju dengan pesat. Karena Tiongkok tidak punya orang seperti Gutenberg, Tiongkok tetap bertahan pada sistem pencetakan blok
sehingga perkembangan kulturnya merangkak lebih lambat.


Melumatkan batang bambu
Membikin lembaran kertas
Mengepres lembaran kertas
Mengeringkan lembaran kertas

Apabila orang menerima analisa di atas, dia tidak bisa tidak harus menerima
kesimpulan bahwa Ts'ai Lun dan Gutenberg adalah dua manusia yang merupakan
tokoh sentral dalam sejarah dunia.

Memang, Ts'ai Lun berada di barisan paling depan dari penemu-penemu lain
karena beberapa alasan. Umumnya penemuan-penemuan merupakan produk dari
jamannya dan bisa juga terjadi biarpun orang yang betul-betul menemukannya
tak pernah hidup samasekali. Tetapi, keadaan ini samasekali tidak berlaku
pada masalah kertas. Orang-orang Eropa tidak mulai memproduksi kertas beribu-ribu tahun sesudah Ts'ai Lun. Mereka baru terbuka pikiran dan membikinnya sesudah belajar proses pembikinannya dari orang Arab. Dalam hubungan ini, biarpun orang sudah menyaksikan bagaimana orang Tionghoa
memproduksi kertas, bangsa-bangsa Asia lainnya tak pernah punya kemampuan memproduksinya. Jadi jelaslah, penemuan cara memproduksi kertas bukanlah pekerjaan gampang, tak bisa begitu saja bisa dilaksanakan oleh kebudayaan maju yang serba tanggung, melainkan erat kaitannya dengan sumbangan pikiran
dari perseorangan yang punya kelebihan luar biasa. Ts'ai Lun adalah model orang macam itu, dan cara membikin kertas yang dilakukannya (disamping modernisasi yang diperkenalkan sekitar tahun 1800 M) pada dasarnya sama serupa apa yang dilakukan orang hingga kini.

Inilah alasan mengapa saya menempatkan baik Ts'ai Lun maupun Gutenberg kedua-duanya dalam urutan kesepuluh pertama orang berpengaruh dalam buku ini, dengan menempatkan Ts'ai Lun lebih atas ketimbang Gutenberg.

--------------------------------------------------------------------------
Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah
Michael H. Hart, 1978
Terjemahan H. Mahbub Djunaidi, 1982
PT. Dunia Pustaka Jaya
Jln. Kramat II, No. 31A
Jakarta Pusat

sumber: indonesiamedia

Mesin Cetak Pertama

MESIN CETAK GUTENBERG

Sabtu, 09 Mei 2009

Suka Duka Usaha Percetakan

Leli Memulai Bisnis Dengan Modal 10 Jari.

Mewujudkan impian punya bisnis sendiri tidak selalu harus dengan modal besar. Hanya dengan modal 10 jari, mesin tik serta kemauan, Leli Martiwi dan suaminya bisa memiliki perusahaan percetakan sendiri.

Sejak masih pacaran, Leli dan suami sama-sama punya cita-cita memperbaiki taraf hidup mereka. "Judulnya sih dari dulu kita orang yang engga punya, sewaktu-waktu pengen punya uang lebih. Terus cita-cita sama suami, pengen punya usaha," ungkap Leli yang berlatar pendidikan Fakultas Hukum Universitas Trisakti.

Setelah menikah, Leli dan suami sepakat untuk mewujudkan impian mereka, dimulai dari usaha yang kecil terlebih dahulu, yakni membuka kios jasa pengetikan. "Karena saya pikir, saya tidak bisa memasak atau menjahit, bisanya hanya mengetik saja, ya sudah buka saja kios pengetikan skripsi di kawasan Guntur," ujar Leli.

Kebetulan suami Leli bekerja sebagai night auditor di Hotel Jayakarta, sehingga pada siang hari bisa menyambi mengetik dibantu seorang asisten. Sementara, Leli yang waktu itu (1981) masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Trisakti, kadang-kadang mengganti tugas suami dan asistennya menunggui kios.

Sebulan pertama, mereka harus menerima kenyataan pahit, sama sekali tak order ketikan yang masuk. Padahal mereka tetap harus membayar sewa kios yang dipasangi plang sederhana itu per bulannya. "Karena bisnis ini belum memiliki kepastian, saya dan suami tidak melepaskan kerja. Jadi kalau gagal masih punya sesuatu," kata Leli. "Tapi yang paling engga enak kalo mau ke toilet, harus ke WC umum," ungkap Leli lagi.

Akhirnya, setelah cukup lama bersabar, order pertama datang juga. Order tersebut datangnya dari PT. Mustika Ratu yang kebetulan pabrik dan kantornya berdekatan dengan kios Leli. "Waktu itu, Mustika Ratu masih baru dan dulu belum ada komputer," jelas Leli.

Uang yang terkumpul sedikit demi sedikit, kemudian Leli belikan mesin stensilan. Sejalan dengan usaha kios ini, suami Leli mengerjakan order percetakan dengan menggunakan mesin stensil tersebut. "Sudah punya uang, beli lagi mesin handpress," ujar Leli. Karena waktu itu, peralatannya masih sederhana, desain cetakan dikerjakan secara manual.

Lambat laun, perusahaan percetakan "Raf Grafika" yang mereka dirikan semakin berkembang. Leli dan suami pun kemudian memutuskan untuk menutup kios pengetikan mereka yang telah berdiri selama 4 tahun dan pindah ke daerah Menteng Wadas Timur.

Tetapi dalam perjalanannya, Leli menyadari bahwa dia dan suami masih harus belajar banyak. "Karena kita engga punya network, engga punya akses ke pemilik modal dan akses info, tapi karena ingin maju maka saya kursus kewiraswastaan di LPK De Mono," ungkap Leli yang sempat juga bekerja di biro hukum.

Dari kursus tersebut, Leli merasa mendapat banyak manfaat. "Saya belajar mengurus keuangan, belajar bagaimana manajemen di kantor, bagaimana cara mendapatkan kredit dari pemilik modal dan juga diperkenalkan dengan networking yang ada," ungkap Leli. Dari hasil perkenalannya dengan pihak salah satu bank yang diperantarai LPK De Mono, Leli berhasil mendapatkan kredit. Uang dari kredit itu, Leli belikan mesin cetak baru. "Dengan adanya mesin baru, produktivitas jadi lebih bagus. Bisa membuat cetakan berwarna, misalnya kalender," kata Leli.

Sekarang, Leli telah memiliki mesin cetak 4 warna dan setengah plano, bahkan pelanggan pertamanya, PT. Mustika Ratu hingga sekarang masih menjadi pelanggan setianya. Bahkan tetangganya yang kerap melihat Leli dan suaminya sibuk mencari kertas untuk dicetak, malah membuka usaha supplier kertas. Usahanya ini berkembang sejalan dengan berkembangnya perusahaan Leli. "Kuncinya, kita belajar step by step, dan setiap ada masalah dibahas bersama. Kuncinya komunikasi, selalu mendiskusikan masalah di kantor," kata Leli.

Jatuh Bangun

Namun yang namanya usaha, pasti selalu ada jatuh bangunnya. Demikian juga dengan usaha percetakan yang dijalankan oleh Leli dan suami. "Yang bayarnya ngemplang juga banyak," ungkap Leli sambil tertawa. "Bahkan sampai sekarang pun masih ada yang kasih order tapi tidak bayar, sedangkan modal yang dipakai jadi tidak terbayar. Karena itu kita harus hitung ulang, untuk mencari efisiensi. Dan kalau ada order besar harus ada garansi bank," tambah Leli.

Yang paling menyedihkan bagi Leli, adalah ketika harus menghadapi krisis moneter 1998-1999. "Pada waktu itu, harga kertas naik, banyak perusahaan yang kolaps. Hampir dibilang selama beberapa bulan order kita kosong, sementara harus tetap membayar pegawai sebanyak 40-50 orang," kata Leli.

Tetapi Leli tidak kekurangan solusi. Daripada memilih menjual mesin percetakan yang bernilai sekitar Rp 800 juta, tetapi mengorbankan pegawainya, Leli dan suami menerapkan sistem seminggu libur, seminggu masuk. Di samping itu, pada masa krismon Leli dan suami tidak menggantungkan hidup sepenuhnya pada usaha percetakan. Mereka juga inngin menunjukkan kepada anak buah mereka, bahwa dalam situasi ini mereka mau berusaha. "Kami menjual lontong sayur di Monas pada hari Sabtu dan Minggu. Hasilnya engga banyak, tapi ada kepuasan sendiri bahwa kita tidak mengganggur," ungkap Leli.

Usaha memang tidak selamanya berlangsung mulus. Tetapi dari jatuh bangun itu, Leli mengambil pelajaran bahwa manajeman keuangan, semua harus tertulis. Selain itu, setinggi apa pun bunga bank, Leli tetap memenuhi kewajibannya membayar kredit bank. Dan usaha ini tidak sia-sia, selalu ada saja bank yang bersedia memberi kredit pada Leli dan suami karena mereka memiliki kredibilitas tinggi. Di dunia bisnis, kepercayaan memang tak ternilai.

sumber: female