Sabtu, 09 Mei 2009

Mencetak Sukses Besar dengan Mesin Cetak Kecil

Nur Hidayati tak menyangka jika usaha percetakannya bakal sesukses ini. Mengawali kariernya sebagai karyawan di sebuah percetakan, ia mulai merintis usaha cetak sendiri pada tahun 1995. Waktu itu usaha wanita bersahaja ini hanya mencetak nota pembayaran dan kop surat. Itupun belum bisa cetak sendiri karena belum punya mesin cetak, alias cetak dan motong di luar.

Berbekal informasi dari ayahnya yang juga pernah menjadi mitra binaan PLN, pada tahun 1999 Nur Hidayati mulai memberanikan diri mengajukan permohonan pinjaman. Waktu itu ia mendapat Rp 4 juta. Pinjaman ini kemudian terus berlanjut. Berturut-turut pada tahun 2001, 2003, dan 2005 ia kembali mendapat pinjaman sebesar Rp 7 juta, Rp 10 juta dan Rp 15 juta rupiah. Baru-baru ini, tepatnya di awal tahun 2007 ia kembali mendapat Rp 25 juta rupiah.

Berkat bantuan yang diberikan dan kerja keras yang dilakoninya, kini usahanya mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Jika dahulu ia belum memiliki peralatan apapun, kini 3 unit mesin foto kopi, 1 unit mesin pra cetak dan 1 unit mesin cetak telah tersedia untuk memperlancar kegiatan usahanya. Meski mesin cetak yang ia miliki terhitung berukuran kecil bila dibanding mesin cetak yang lazim digunakan di percetakan besar dan ia beli dalam kondisi setengah pakai, namun mesin cetak ini dirasa mampu melayani kebutuhan percetakan para pelanggannya.

Walhasil, kian hari usahanya kian sibuk. Dari yang semuanya masih dikerjakan seorang diri tanpa karyawan seorang pun, sekarang usaha yang dimikinya sudah memiliki 9 orang karyawan. Bila ditaksir, keuntungan yang diperoleh mencapai Rp 6 juta perbulan. Berkah mesin cetak kecilnya juga menghidupi para karyawannya.

Soal pelanggan, ia juga tak perlu khawatir. Meski jangkauan usahanya baru mencapai kota Salatiga dan sekitarnya, namun ia mempunyai pelanggan rutin dari beberapa perguruan tinggi di Salatiga dalam hal pengadaan buku kuliah, seperti Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga dan beberapa perguruan tinggi lain.

Tak sampai di situ, berkat kemajuan usahanya, ia pun sanggup membeli tempat untuk lokasi kegiatan usaha yang baru seluas 400 meter persegi. Ceritanya, dua tahun yang lalu, kegiatan usahanya masih berpusat di Jalan Bangau. Namun karena kurang mampu mendukung produksi maupun pemasaran, ia kemudian pindah ke jalan Jalan Muwardi, sebuah jalan besar di tengah kota Salatiga. Imbasnya, pelanggannya kian hari pun semakin bertambah. Oleh karena itu ia berharap kedepannya ia dapat menambah satu buah mesin cetak lagi. Hal ini tentu saja bermuara agar semua pelanggan baik dari jasa foto kopi yang rutin tiap hari sampai order cetak dapat terlayani dengan baik.

sumber: jateng

Tidak ada komentar:

Posting Komentar